Archive

Archive for the ‘Artikel Pendidikan’ Category

Sejarah Singkat PGRI

Categories: Artikel Pendidikan

Hasil UN 2010 SMA Sw.Inti Nusantara T.Tinggi

Les Tambahan Persiapan UN 2010

Les Tambahan Persiapan UN 2010

Pada tanggal 26 April 2010 Pengumuman hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat telah dilaksanakan tepat pada pukul 15.00 Wib di masing-masing sekolah penyelenggara UN.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Persentase Kelulusan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010 sebesar 97,09% sementara Tahun Pelajaran 2008/2009 sebesar 97,11%. Mengalami penurunan 0,02%.

Untuk Tingkat SMA Swasta dan Negeri di Kota Tebing Tinggi dari 16 sekolah, hanya 3 sekolah yang lulus 100% (1 Negeri dan 2 Swasta). Jumlah peserta UN SMA yang ikut yakni 2.303 dan lulus 2.236 atau sekitar 67 orang (2.91 %) yang tidak lulus.

SMA Swasta Inti Nusantara T.Tinggi adalah salah satu sekolah yang memiliki tingkat kelulusan 100%. Hal ini dapat diraih oleh para siswa karena mereka telah dibekali dengan pelajaran tambahan di sore hari yang dibina langsung oleh guru-guru pengampu mata pelajaran UN SMA Sw. Inti Nusantara.Siswa juga mengikuti berbagai try out dari beberapa bimbingan belajar yang ada di Tebing Tinggi dan Medan serta Pra UN yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi.

Sejak berdirinya SMA Sw. Inti Nusantara pada tahun 2004 sudah meluluskan 4 angkatan dengan tingkat kelulusan 100%. Walaupun masih tergolong sekolah baru, SMA Sw Inti Nusantara mampu menunjukkan kredibilitasnya sebagai sekolah yang bertekad untuk menamatkan siswanya dengan bekal ilmu dan pengetahuan serta teknologi informasi. Berbagai prestasi telah diperoleh para siswa/i di tingkat kota ataupun provinsi. Setiap tahunnya juga siswa berhasil lolos menjadi Paskibraka.

Dengan kelulusan 100% ini, orang tua / wali para siswa pada saat pengumuman hasil UN yang dilaksanakan di Ruang Master Room Perguruan Inti Nusantara Tebing Tinggi sangat antusias dan bangga menyekolahkan anaknya di Perguruan Inti Nusantara. Dari sekian banyak orang tua siswa menyekolahkan anaknya abang beradik di PG-TK-SD-SMP-SMA Perguruan Inti Nusantara. Bahkan beberapa orangtua bangga karena mengetahui bahwa tamatan SMA Sw. Inti Nusantara mampu menembus Perguruan Tinggi Negeri Ternama yakni USU bahkan UI (Universitas Indonesia).

Para siswa/i Perguruan Inti Nusantara berhasil meraih prestasi tersebut juga dikarenakan program-program sekolah yang diberikan yayasan kepada para siswa untuk berprestasi. Salah satunya adalah program Beasiswa dari Yayasan berupa Potongan Uang Sekolah sampai 50% bagi siswa yang mendapatkan juara di kelas. Di samping itu sarana-prasarananya yang lengkap dan sesuai untuk mendukung kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler siswa. Dan untuk semua penggunaan fasilitas bagi siswa dari sarana Internet Bebas hingga Fasilitas Kolam Renang.

Semoga dengan kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi, Perguruan Inti Nusantara bisa menjadi Perguruan yang ternama di Tebing Tinggi serta exist dan mampu bersaing di Tingkat Nasional bahkan Internasional.

Categories: Artikel Pendidikan

Pembelajaran Aktif, Kreatif,Efektif dan Menyenangkan

Dalam buku “Genius Learning Strategy” Andi Wira Gunawan menegaskan bahwa sesungguhnya tidak ada mata pelajaran yang membosankan, yang ada adalah guru yang membosankan, suasana belajar yang membosankan. Hal ini terjadi karena proses belajar berlangsung secara monoton dan merupakan proses perulangan dari itu ke itu juga tiada variasi. Proses belajar hanya merupakan proses penyampaian informasi satu arah, siswa terkesan pasif menerima materi pelajaran.

Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan sehingga baik dengan daya pikir, emosional dan keterampilannya mereka belajar dan berlatih. Pendidik adalah fasilitator, perancang suasana kelas demokratis, kedudukan pendidik adalah pembimbing dan pemberi arah, peserta didik merupakan obyek sekaligus subyek dan mereka bersama-sama saling mengisi kegiatan, belajar aktif dan kreatif. Disini dibutuhkan partisipasi aktif di kelas, bekerja keras dan mampu menghargainya, suasana demokratis, saling menghargai dengan kedudukan yang sama antar teman, serta kemandirian akademis.

Dr. Vernon A. Magnesen (1983) menegaskan bahwa persentase keberhasilan kita menyerap informasi dan menyimpannya dalam memori ketika belajar adalah :

– 10 % dari apa yang kita baca

– 20 % dari apa yang kita dengar

– 30 % dari apa yang kita lihat

– 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar

– 70 % dari apa yang kita katakan

– 90 % dari apa yang kita katakan dan kerjakan.

Oleh sebab itu guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar baik secara mental, fisik maupun sosial.

PAKEM

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

* Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar merupakan proses aktif dari si pembelajar (siswa) dalam membangun pengetahuannya. Siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan/informasi.
* Kreatif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam serta mampu membuat alat bantu/media belajar sederhana yang dapat memudahkan pemahaman siswa. Kegiatan pembelajaran tidak musti dilakukan di dalam kelas secara klasikal, namun proses pembelajaran juga dapat dilakukan di luar kelas, belajar berkelompok, belajar secara kontekstual, bermain peran, dsb. Disamping itu siswa aktif pula bertanya, berdiskusi, mengemukan pendapat, merancang , membuat sesuatu, melalukan demonstrasi, membuat laporan, membuat refleksi, mempresentasikan pengetahuannya.
* Efektif dimaksudkan selama proses pembelajaran berlangsung, terwujudnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Siswa menguasai kompetensi dan ketrampilan yang ditargetkan kurikulum.
* Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan nyaman. Siswa selaku subjek belajar tidak takut dimarahi jika ia salah, tidak takut ditertawakan jika ia keliru, tidak dianggap sepele, berani mencoba karena tidak takut salah.

Yang Perlu diperhatikan dalam melaksanan PAKEM:

* Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi berkembangnya kedua sifat tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji siswa karena hasil karyanya, guru tidak menyepelekan dan mempermalukannya di depan siswa, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, guru mendorong dan memotivasi anak untuk melakukan percobaan, dsb merupakan pembelajaran yang subur dan tepat.

* Mengenal anak secara perorangan

Siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan kemampuan berbeda. Perbedaan individual harus diperhatikan dan harus tercermin dalam KBM. Semua anak dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).

* Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Siswa sejak masa kecilnya secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dengan berkelompok, akan memudahkan mereka berinteraksi dan bertukar pikiran.

* Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya hidup adalah memecahkan masalah, untuk itu diperlukan kemamapuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya sudah ada sejak anak terlahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya.

* Mengembangkan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan di ruangan kelas, karena dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik lagi dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Selain itu, hasil karya dapat menjadi rujukan ketika membahas suatu masalah serta sumber informasi.

* Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, serta objek belajar siswa.

* Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan/kelebihan dari pada kelemahan siswa serta santun penyampaiannya tidak menimbulkan antipati. Guru harus konsisten memeriksa hasil kerja siswa dan memberi komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi perkembangan diri siswa daripada sekedar angka.

* Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Dalam pembelajaran PAKEM, aktif mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengemukakan gagasan, merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, takut salah, takut ditertawakan, takut disepelekan, takut dimarahi jika salah. Guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datangnya dari guru itu sendiri maupun dari temannya.

Ciri Yang Menonjol pada PAKEM

Pertama, adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik.

Kedua, sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.

Ketiga, hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan bahkan ditambah dengan tali rapiah di sana-sini. Pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa.pajangan hasil karya siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran.

Keempat, kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit, kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai lima orang, untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama, dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian dipajang.

Kelima, dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya.

Keenam, dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme dan rasa senang siswa.

Ketujuh, pada akhir proses pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikutinya.

Menciptakan Suasana Menyenangkan

1. Ciptakanlah lingkungan Relaks, yaitu lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun memiliki harapan yang tinggi. Perlu disadari bahwa dalam belajar belum banyak kata “Aku Tahu” tetapi lebih banyak kata “Aku Belum Tahu”, maka wajar jika anak salah.

2. Subjek pelajaran adalah relevan

Anda ingin belajar ketika Anda Melihat Manfaat dan pentingnya subjek pelajaran itu

3. Belajar secara emosional adalah positif

Belajar dapat dilakukan bersama ketika ada humor, dorongan semangat, waktu rehat dan jeda teratur, dan dukungan antusias

4. Tantang Otak Anak

Otak akan suka hal yang bersifat; tidak masuk akal/ekstrem; Seksi; Penuh Warna; Multi Sensori (lebih satu panca indra); Lucu ; Melibatkan Emosi ; Tindakan Aktif; Gambar 3 dimensi atau Hidup; Menggunakan Asosiasi; Imajinasi; Simbol; Melibatkan Irama atau Musik ;Nomor dan urutan

5. Libatkan semua indera, otak kiri & kanan

Otak kiri memainkan peranan dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan, yang disebut pembelajar akademis. Otak kanan berurusan dengan irama, rima, musik, gambar, dan imajinasi, yang disebut dengan aktivitas kreatif

6. Konsolidasi bahan yg sudah dipelajari

Tinjau Ulang materi pelajaran dan Hubungkan dengan materi lain dan kehidupan nyata

Categories: Artikel Pendidikan

Mendidik Anak dengan Keteladanan

LOGO TUT WURI HANDAYANIAlkisah pada suatu masa di sebuah desa, hiduplah seorang ruhaniawan yang sangat alim dan rajin membantu serta melayani ummatnya. Bahkan, terdengar khabar bahwa do’a-do’anya yang di bacakan untuk menyembuhkan orang sakit sangat makbul.

Suatu hari, seorang anak di desa tersebut merasa sedih karena sapi satu-satunya miliknya sakit dan tidak bisa mengeluarkan susu seperti biasanya sehingga ia tak bisa menjual susu untuk keperluan dirinya. Masa itu tidak ada dokter hewan untuk mengobati sapinya. Dalam keputus-asaannya ia teringat kepada sang ruhaniawan yang hidup di desanya.

Akhirnya, ditengah malam yang dingin diiringi hujan lebat si anak pergi menemui sang ruhaniawan untuk meminta pertolongan sang ruhaniawan untuk mendo’akan sapinya agar sembuh seperti sediakala sehingga ia dapat menikmati susu segar sapi tersebut serta menjualnya.

Timbul rasa enggan dan meremehkan dalam hati sang ruhaniawan mengingat yang datang hanyalah seorang anak kecil, apalagi yang sakit hanyalah seekor sapi, bukan manusia, lagipula hujanpun turun. Namun, karena desakan  sang anak kecil yang penuh iba, ia pun berangkat.

Sesampainya di kandang sapi, sang ruhaniawan pun berdo’a dengan penuh kekesalan, “Wahai sapi, kalau kau mau sembuh, sembuhlah, jangan menyusahkan orang. Tetapi kalaupun akhirnya kau mati, matilah”.

Setelah itu sang ruhaniawan pun pulang. Beberapa waktu kemudian, kondisi sapipun pulih dan perlahan-lahan sembuh, bahkan dapat mengeluarkan susu sehingga sang anak dapat menikmati susu kembali. Sang anakpun gembira dan semakin kagum kepada sang ruhaniawan.

Selang beberapa bulan kemudian, karena usia sudah tua, sang ruhaniawan pun jatuh sakit. Berita sakitnya sang ruhaniawan terdengar oleh sang anak. Ia ingin sekali membalas budi kepada sang ruhaniawan yang telah sudi berdo’a untuk kesembuhan sapinya. Iapun memutuskan untuk berangkat melawat sang ruhaniawan dan mendo’akan agar sang ruhaniawan sembuh.

Sesampainya di sana, didapai sang ruhaniawan terbaring lemah di tempat tidur. Ia pun minta izin untuk mendo’akan sang ruhaniawan, lalu iapun berdo’a: “ Wahai Bapak, kalau kau mau sembuh, sembuhlah, jangan menyusahkan orang. Tetapi kalaupun akhirnya kau mati, matilah”.

Esensi Pendidikan

Keteladanan merupakan syarat utama dalam suatu proses pendidikan. Tidak ada makna pendidikan jika tidak ada keteladanan. Dalam Pembukaan Diklat Integrasi Imtaq, Prof. Suyanto, Ph.D menyatakan bahwa pendidikan memiliki tiga proses yang saling kait mengait dan saling  pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lain. Pertama, sebagai proses pembentukan kebiasaan (habit formation). Kedua, sebagai proses pengajaran dan pembelajaran (teaching and learning process), dan ketiga adalah sebagai proses keteladanan yang dilakukan oleh para guru (role model).

Di samping itu, tiga syarat penting dalam proses mendidik dan mengajar yang pertama adalah cinta, kedua adalah kepercayaan, dan ketiga adalah kewibawaan. Ketiga syarat ini saling mempengaruhi dan saling kait mengait. Cinta akan menimbulkan kepercayaan.. Seterusnya, kepercayaan akan menghadirkan kewibawaan. Kewibawaan adalah kemampuan untuk dapat mempengaruhi orang lain. Kewibawaan akan lahir jika ada kepercayaan. Kepercayaan akan muncul jika ada keteladanan.

Teorema Tabularasa

Anak-anak bisa diibaratkan sehelai kertas putih yang masih kosong. Lingkunganlah yang memberi warna pada kertas putih tersebut. Mereka memiliki ketergantungan yang tinggi, membutuhkan pertolongan, perlindungan serta rasa aman. Syekh Naraqi, seperti dikutip Baqir Sharif al-Qarashi dalam bukunya Kiat-kiat Menciptakan Generasi Unggul: Seni Mendidik Islami (Pustaka Zahra: 2003), berkata, “Anak-anak yang terabaikan pada tahap paling awal perkembangannya kebanyakan akan memilih akhlak yang buruk. Mereka terutama akan lebih berdusta, iri serta keras kepala dan menjadi pencuri, pengkhianat, serta kurang ajar. Dalam kasus lainnya, anak semacam itu lemah, tak bermoral dan suka pamer.”

Sejalan dengan pendapat di atas, Neno Warisman (pengelola Yayasan Buah Hati), mengatakan bahwa dalam membelajarkan sesuatu kepada anak, pada intinya kita harus menyertakan tiga unsur yakni hati, telinga dan mata. Dia mencontohkan, ketika orang tua mengenalkan sopan-santun, maka sebaiknya mereka tak hanya memberikan nasehat atau perintah, tapi juga contoh nyata. Tanpa contoh nyata (keteladanan) perintah ataupun nasehat tidak akan bertahan dalam waktu lama. Apalagi yang ingin ditanamkan pada anak berupa nilai-nilai moral/etika dan nilai keagamaan.

Sejatinya saat berkenaan dengan nilai agama, nilai moral/etika memang tidak cukup jika orang tua/pendidik hanya cuma memberikan petuah dan perintah saja. “Mereka memerlukan dukungan yang lebih penting, yakni keteladanan agar setiap nilai yang hendak disampaikan menjadi lebih bermakna.”

Tak hanya itu, Dr. Seto Mulyadi (Kak Seto) juga menegaskan dari semua hal yang perlu diajarkan kepada anak, unsur keteladanan dari orang tua berada di posisi teratas. “Anak-anak di usia dini akan mudah meniru apa pun yang dilihatnya. Jadi, ketika orang tua menerapkan perilaku terpuji dan bertutur kata yang halus, itu sudah merupakan permulaan pendidikan agama (etika) kepada anak-anak,” kata dia.

Tugas Pendidik

Sejatinya ada dua tugas utama para pendidik yang harus melekat dalam proses pendidikan, yaitu transformasi ilmu dan transformasi nilai. Tidak seimbang jika suatu institusi pendidikan hanya mengisi dimensi intelektualnya semata, namun mengabaikan dimensi emosional dan etika peserta didik. Untuk itu, para pendidik selain cerdas dan trampil dalam mentransfer ilmu pengetahuan sekaligus menjadi sosok “yang digugu dan di tiru”. Seorang pendidik yang tidak memiliki dimensi keteladanan akan menjadi sosok yang tidak mendapat rasa simpatik dari anak didiknya, tetapi bisa menjadi justru sebaliknya mendapat cemooh dari anak didiknya.

Pepatah “Kalau gurunya kencing berdiri maka muridnya kencing berlari” adalah sebuah gambaran bahwa dari diri seorang pendidik sangat diperlukan sebuah transformasi nilai. Alangkah naifnya dan kontradiktifnya jika seorang pendidik melarang anak didiknya berkuku panjang sementara sang pendidik berkuku panjang. Alangkah antagonisnya jika orang tua menyuruh anaknya shalat, sementara orangtuanya tidak shalat.

Dalam pandangan J. Sudarminta, pendidikan nilai-nilai kehidupan sebagai bagian integral kegiatan pendidikan pada umumnya adalah upaya sadar dan terencana membantu anak didik mengenal, menyadari, menghargai, dan menghayati nilai-nilai yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilaku sebagai manusia dalam hidup perorangan dan bermasyarakat. Pendidikan nilai akan membuat anak didik tumbuh menjadi pribadi yang tahu sopan-santun, memiliki cita rasa seni, sastra, dan keindahan pada umumnya, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, bersikap hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita rasa moral dan rohani. “Pendidikan nilai-nilai kehidupan tidak dapat berlangsung baik kalau tidak ditunjang keteladanan pendidik dan praksis sosial yang kontinu dan konsisten dari lingkungan sosial,” ujarnya.

Sedangkan Tony Soehartono menyatakan, proses belajar-mengajar harus mencakup tiga ranah pendidikan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, konsep pendidikan di Indonesia cenderung mengarah pada ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik ditempatkan pada peran sekunder. “Pendidik secara terus-menerus harus diberi pemahaman bahwa nilai-nilai kehidupan tidak bisa begitu saja diajarkan, tetapi harus disertai keteladanan oleh pendidik itu sendiri,” katanya.

Semoga Bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

1.  Istadi, Irawati, (2003). Mendidik Dengan Cinta. Jakarta: Pustaka Inti.

2. Marpaung, Parlindungan, (2006). Setengah Isi Setengah Kosong. Jakarta: MQS Publishing.

3. Internet Resource.

Categories: Artikel Pendidikan